Akidah

Hikmah Dibalik Penciptaan Jin dan Manusia

Hikmah Dibalik Penciptaan Jin dan Manusia

Mungkin sebagian kita terkadang bertanya, untuk apa Allah Ta’ala menciptakan kita di dunia ini? Untuk apa Allah Ta’ala menciptakan langit dan bumi beserta isinya? Apakah Allah Ta’ala menciptakan itu semua tanpa tujuan? Atau hanya sekedar main-man saja?. Pertanyaan-pertanyaan ini semua sudah Allah Subhanahu wa Ta’ala jawab melalui firman-firmanNya yang terdapat di dalam ayat-ayat suci al-Quran. Yang mana dalam ayat-ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa disetiap penciptaanNya itu pasti ada hikmah, maksud dan tujuan yang mulia.

Tujuan Diciptakannya Jin dan Manusia

Banyak diatara hamba-hamba Allah Ta’ala baik itu dari kalangan jin maupun manusia yang mengira bahwa mereka diciptakan oleh Allah hanya sekedar main-main saja, tanpa adanya pertanggungjawaban kelak di hari kiamat. Persangkaan mereka ini tentunya salah, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat yang Maha Bijaksana, tidaklah Dia menciptakan sesuatu kecuali ada tujuan dan hikmah yang mulia di dalamnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS. al-Mu’minun [23]: 115-116)

Adapun tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah agar mereka beribadah hanya kepada Allah dan menjauhi segala macam perbuatan syirik. Maka dari itu Allah mengutus para nabi dan rasul serta menurunkan kitab suci sebagai pedoman dan petujuk bagi mereka dalam beribadah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyaat [51]: 56)

Dan firmanNya:

وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun.” (QS. an-Nisa [4]: 36).

Segala Yang Diciptakan Oleh Allah Tidak Ada Yang Sia-sia

Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat yang Maha Bijaksana, maka dari itu tidaklah Ia menciptakan langit dan bumi beserta makhluk yang ada di dalamnya itu secara sia-sia, membiarkannya begitu saja tanpa pertanggungjawaban atau bahkan hanya untuk sekedar main-main. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan hal ini dalam firmanNya:

لَوْ أَرَدْنَا أَن نَّتَّخِذَ لَهْواً لَّاتَّخَذْنَاهُ مِن لَّدُنَّا إِن كُنَّا فَاعِلِينَ

“Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya). “ (QS. al-Anbiyaa’ [21]: 17)

Dan juga firmanNya:

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِيْنَ

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main.” (QS. ad-Dukhaan [44]: 38)

Ketika menafsirkan ayat ini Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berakata (yang maknanya):
“Allah Ta’ala mengabarkan tentang kesempurnaan kekuasaan dan kebijaksanaannya, Allah juga menjelaskan bahwasanya tidaklah Dia menciptakan langit dan bumi dengan sendau gurau, sekedar main-main atau sia-sia belaka tanpa adanya faidah. Tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi (beserta apa yang di dalamnya) melainkan dengan kebenaran, yaitu terkandung di dalam penciptaannya kebaikan dan kebenaran. Dan Allah menciptakan keduanya (beserta penghuninya) untuk beribadah hanya kepadaNya dan tidak menyekutukanNya. Allah juga memerintahkan hamba-hambaNya (untuk melakukan ibadah), dan melarang mereka (dari apa-apa yang telah dilarangNya), dan Allah juga akan memberikan balasan pahala (bagi yang menaati perintahNya) serta memberikan hukuman (bagi yang melanggar laranganNya). ” (Taisir al-Karim ar-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, cetakan Dar Ibnu Hazm, Beirut 1424 H, halaman 740)

Hikmah Dari Ketentuan (Syariat) Yang Allah Tetapkan Bagi Hamba-hambaNya

Di dalam setiap ketentuan syariat yang Allah tetapkan bagi hamba-hambaNya terdapat hikmah yang agung. Maka dari itu mereka diharuskan menaati ketentuan tersebut, dan tentu saja Allah akan memberikan balasan berupa pahala dan kenikmatan surga kelak di hari kiamat bagi siapa saja yang mau menaati segala apa yang diperintahkan olehNya dan menjauhi segala apa yang dilarangNya. perhatikanlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأَنصَابُ وَالأَزْلاَمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاء فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ اللّهِ وَعَنِ الصَّلاَةِ فَهَلْ أَنتُم مُّنتَهُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. al-Maidah [5]: 90-91)

Di dalam ayat tersebut disebutkan bahwa sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib dengan panah merupakan perbuatan setan. Dan Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk menjauhi hal-hal tersebut. Adapun hikmah yang Allah tetapkan dari larangan tersebut adalah Allah Ta’ala telah mengganti perbuatan keji tersebut dengan balasan berupa keberuntungan di dunia dan akhirat.

Di dalam ayat-ayat yang lainnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga senantiasa menjelaskan bahwa setiap syariat yang ditetapkan kepada hamba-hambaNya itu pasti ada hikmah agung dan manfaat bagi mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah [2]: 183)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa hikmah disyariatkannya puasa adalah agar manusia bertaqwa, beliau juga menjelaskan bahwa puasa merupakan salah satu sebab terbesar untuk menambah ketaqwaan seorang hamba. Karena di dalamnya terdapat bentuk kepatuhan terhadap perintah Allah, dan menjauhi laranganNya. (Lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, cetakan Dar Ibnu Hazm, Beirut 1424 H, halaman 70)

Dan juga firmanNya:

مَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاء مِنكُمْ

“Apa saja harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS. al-Hasyr [59]: 7)

Dan masih banyak ayat-ayat di dalam al-Quran yang menjelaskan tentang hikmah dari setiap syariat yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hambaNya.

Kesimpulan

Inti dari pembahasan ini adalah kita harus senantiasa percaya bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala itu Maha Bijaksana, maka dari itu tidaklah Ia menciptakan jin dan manusia, langit dan bumi beserta makhluk yang ada di dalamnya itu secara sia-sia, membiarkannya begitu saja tanpa pertanggungjawaban atau bahkan hanya untuk sekedar main-main saja, namun tentunya ada hikmah yang agung dibalik penciptaanNya tersebut. Adapun hikmah di balik penciptaan jin dan manusia itu sendiri adalah agar mereka merelaisasikan tauhid, yaitu beribadah hanya kepada Allah Ta’ala dan menjauhi segala macam perbuatan syirik. Dan Allah Ta’ala telah menyediakan surga beserta kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalamnya bagi mereka yang mau merealisasikan tauhid, sebagaimana Allah Ta’ala juga menyediakan neraka beserta segala macam siksaan yang ada di dalamnya bagi mereka yang tidak mau merealisasikan tauhid.

Dan perlu kita yakini bersama bahwasanya di setiap perintah Allah pasti terdapat keuntungan dan manfaat bagi para makhlukNya, dan di setiap laranganNya pasti ada sesuatu yang merugikan dan membahayakan mereka, walaupun mungin terkadang kita tidak mengetahuinya. Wallahu a’lam bishawab

Penulis: Ustadz Muadz Mukhadasin, M.Pd. حفظه الله

Ustadz Muadz Mukhadasin, M.Pd. حفظه الله

Alumnus STAI Ali bin Abi Thalib, Surabaya Mudir Ma'had Tahfidz Al-Qur'an Al-Imam Asy-Syathiby, Cileungsi

Artikel Terkait

Satu komentar

  1. 📀 Message: Process #AZ83. WITHDRAW >>> https://telegra.ph/Go-to-your-personal-cabinet-08-25?hs=d7845e749697d6a48e56691969233a21& 📀 says:

    gsbduq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button