Akhlak dan Nasihat

Sudahkah Kita Beradab Kepada Allah?

Sudahkah Kita Beradab Kepada Allah?

Sesungguhnya segala puji milik Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya dan meminta ampunan-Nya. Kami juga berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya semoga shalawat Allah dan salam terlimpah kepadanya. Amma ba’d,
Sudah sepatutnya seorang muslim memiliki sikap yang pantas terhadap Allah Subhaanahu wa Ta’ala Tuhannya dan karena keberadaan dia dihadapan-Nya sebagai hamba. Maka berikut ini di antara sikap-sikap yang patut dimiliknya terhadap Allah Azza wa Jalla Tuhannya.

1. Tidak Berbuat Syirik Kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

Oleh karena itu, dia hanya beribadah dan menyembah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala saja, karena Allah Subhaanahu wa Ta’aala adalah Pencipta, Penguasa dan Pengatur alam semesta. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kamu sembah matahari maupun bulan, tetapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika Dialah yang kamu sembah.” (QS. Fushshilat: 37)

2. Mengikhlaskan Ibadah Hanya Karena Allah Subhaanahu wa Ta’aala

Ikhlas adalah syarat diterimanya ibadah di samping sesuai sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Allah Subhaanahu wa Ta’aala hanyalah menerima amal yang ikhlas karena-Nya dan jauh dari riya’, Dia berfirman:
“Barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Terj. Al Kahfi: 110)

3. Merasa Diawasi Allah Subhaanahu wa Ta’aala

Allah Subhaanahu wa Ta’aala melihat semua makhluk-Nya; Dia melihat perbuatan kita dan mendengar ucapan kita serta mengetahui apa yang ada dalam hati kita. Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya berusaha menaati Tuhannya baik dalam suasana sepi maupun terang-terangan serta menjauhi apa yang dilarang-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya ihsan, Beliau menjawab,

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Yaitu kamu beribadah kepada Allah, seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak merasa begitu, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)

4. Meminta Pertolongan Kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala

Seorang muslim senantiasa meminta kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan yakin, bahwa Dialah yang berkuasa untuk memberikan dan menghalangi, sehingga Dia pun meminta dan menghadap kepada-Nya, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

Katakanlah, “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Terj. QS. Ali Imran: 26)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفِ

“Jagalah (perintah) Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah niscaya Dia akan selalu berada di hadapanmu[i]. Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikit pun kecuali sesuai apa yang telah ditetapkan Allah bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu bahaya kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat menimpakannya kecuali bahaya yang telah ditetapkan Allah bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering[ii]. (HR. Tirmidzi dan dia berkata, “Haditsnya hasan shahih.”)

5. Mencintai Allah Subhaanahu wa Ta’aala

Seorang muslim cinta kepada Tuhannya dan tidak mendurhakai-Nya. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ

“Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al Baqarah: 165)

6. Memuliakan Syiar-SyiarNya

Seorang muslim memuliakan perintah-perintah Allah. Oleh karena itu, ia segera menjalankan perintah-Nya, ia juga menghormati larangan-larangan Allah sehingga ia pun menjauhinya. Ia juga tidak malas dan meremehkan ibadah. Ia lakukan hal itu (menghormati syiar-syiar Allah) adalah karena ia tahu bahwa hal itu menambahkan ketakwaan. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari Ketakwaan hati.” (Terj. Al Hajj: 32)

7. Marah Ketika Larangan-larangan Allah Dilanggar

Seorang muslim ketika melihat orang yang mengerjakan suatu dosa atau tetap di atas maksiat, maka ia marah karena Allah, ia mencoba untuk merubah kemungkaran atau kemaksiatan yang ia lihat itu. Dan di antara dosa besar yang membinasakan seseorang dan menyebabkan kemurkaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala adalah menghina agama Allah atau menghina kitab-Nya atau Rasul-Nya. Seorang muslim marah terhadapnya dan melarang orang yang melakukannya serta memperingatkan azab Allah kepadanya.

8. Bertawakkal Kepada Allah

Seorang muslim bertawakkal kepada Allah dalam setiap urusannya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ

“Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Ath Thalaq: 3)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

“Kalau kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, tentu kamu akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki, ia berangkat dalam keadaan berperut kosong dan pulang dalam keadaan berperut kenyang.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, ia berkata, “Hadits hasan shahih,” dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani, lihat shahih Ibnu Majah 4164)

9. Ridha Dengan Takdir Allah Subhaanahu wa Ta’aala

Seorang muslim ridha dengan takdir Allah Subhaanahu wa Ta’aala, karena hal itu termasuk tanda keimanannya kepada Allah. Oleh karena itu, ia pun bersabar dan tidak berkata sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian manusia, “Mengapa Engkau wahai Tuhanku berbuat demikian kepadaku?”
Seorang muslim tidak akan menentang takdir Allah, bahkan mengucapkan kata-kata yang membuat Allah Subhaanahu wa Ta’aala ridha, yaitu sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.—(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun[iii], “–Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Terj. Al Baqarah: 155-157)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ{ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ } اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

“Tidak ada seorang muslim yang ditimpa musibah, lalu ia mengucapkan seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, “Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Allahumma’jurniy fii mushibati wa akhlif lii khairam minhaa[iv].” Kecuali Allah akan menggantikan untuknya yang lebih baik daripadanya.” (HR. Muslim)

10. Bersumpah Hanya Dengan Nama Allah

Seorang muslim tidak bersumpah kecuali dengan nama Allah dan tidak bersumpah kecuali jika isinya benar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ حَالِفًا فَلْيَحْلِفْ بِاللَّهِ أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa yang bersumpah, maka bersumpahlah dengan nama Allah atau diam.” (HR. Bukhari)

11. Bersyukur Kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala

Nikmat yang diberikan Allah kepada kita banyak sekali, bahkan saking banyaknya kita tidak sanggup menghitungnya. Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim bersyukur kepada Allah baik dengan hatinya, yaitu ia akui bahwa semua nikmat itu berasal dari Allah, dengan lisannya, yaitu dengan memuji Allah, dan dengan anggota badannya, yaitu dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dan menggunakan nikmat-nikmat itu untuk ketaatan kepada-Nya, bukan untuk bermaksiat. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

“Dan (ingatlah juga), ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Terj. Ibrahim: 7)

12. Bertobat Kepada Allah

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:
“Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.” (An Nuur: 31)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ

“Wahai manusia! Bertobatlah kamu kepada Allah, sesungguhnya aku bertobat dalam sehari kepada-Nya sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim)

Seperti inilah adab seorang muslim terhadap Allah Tuhannya, ia bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, malu kepada-Nya, bertobat dengan sungguh-sungguh kepada-Nya, bertawakkal kepada-Nya, berharap rahmat-Nya, takut kepada azab-Nya, ridha dengan takdir-Nya, sabar terhadap musibah yang menimpanya, tidak berdoa kepada selain-Nya, lisannya senantiasa menyebut nama-Nya, tidak bersumpah kecuali dengan nama-Nya, tidak meminta pertolongan kecuali kepada-Nya, selalu merasa diawasi-Nya dan berbuat ikhlas kepada-Nya baik di suasana sepi maupun ramai.

Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa man waalaah.

Penulis: Ustadz Marwan Hadidi, M.Pd.I. حفظه الله

Ustadz Marwan Hadidi, M.Pd.I. حفظه الله

Alumni S1 STAI Siliwangi Cimahi, Pengajar di Ibnu Hajar Boarding School (IHBS) Jakarta

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button